Tewasnya Jurnalis Ersa Siregar

Ersa Siregar (kanan)

Ersa Siregar (4 Desember 1951 – 29 Desember 2003) adalah seorang jurnalis yang bekerja untuk RCTI. Pada hari Minggu sore 29 Juni 2003, Ersa Siregar, Ferry Santoro, Rahmatsyah sebagai sopir, Safrida, dan Soraya bersama-sama menaiki mobil Toyota Kijang dengan plat BK 1753 CO.

Pada saat itu, mereka sedang dalam perjalanan dari Langsa ke Lhokseumawe. Ketika sedang dalam perjalanan, mereka dihadang oleh sekelompok pria bersenjata dan memaksa mereka untuk turun dari mobil. Dari sejak sore itu, mereka berlima diculik dan menjadi tawanan sekelompok pria bersenjata tersebut yang ternyata merupakan anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM).

Tiga hari setelah Ersa Siregar beserta empat orang yang bersamanya itu dinyatakan hilang, Juru Bicara GAM membenarkan bahwa Ersa Siregar bersama empat orang lainnya menjadi tawanan oleh GAM kelompok Ishak Daud. Ishak Daud (12 Januari 1960 – 8 September 2004) sendiri adalah seorang yang menjabat sebagai Panglima GAM untuk daerah Peureulak/Perlak yang ada di Kabupaten Aceh Timur.

Ishak Daud (kanan) saat pembebasan Ferry Santoro

Pada hari Kamis tanggal 3 Juli 2003, Ersa Siregar diperbolehkan untuk memberi kabar mengenai dirinya kepada rekan-rekan kerjanya yang ada di RCTI. Pada 6 Juli 2003, Ishak Daud selaku Panglima GAM menggelar konferensi pers bersama dengan RCTI untuk mengumumkan ke publik bahwa Ersa Siregar dan tawanan lainnya dalam keadaan sehat dan mereka diperlakukan dengan baik.

Ersa Siregar beserta tawanan lainnya diperbolehkan berbicara apa saja, kecuali memberi tahu di mana mereka berada. Para tawanan diberikan kesempatan untuk menelepon keluarganya, Ersa Siregar sendiri memilih untuk menelepon anaknya.

Pada hari Sabtu tanggal 27 Desember 2003, Ishak Daud menyatakan bahwa ingin membebaskan para tawanan, asalkan ada gencatan senjata selama dua hari di lokasi yang menjadi tempat pembebasan tawanan. Tetapi TNI tidak setuju dengan itu, TNI meminta para tawanan untuk diletakkan di suatu tempat, lalu dijemput oleh mereka. Sementara GAM memiliki keinginan untuk menyerahkan para tawanan itu secara langsung. Hasilnya, kedua pihak akhirnya tidak mencapai satu kesepakatan.

Prajurit Wanita Gerakan Aceh Merdeka bersama Panglima GAM Abdullah Syafei’i (1999)

Pada hari Senin pagi tanggal 29 Desember 2003, kedua belah pihak masih belum mencapai kata sepakat. Pada siang harinya, terdapat baku tembak antara TNI dan GAM di Aceh Timur, tepatnya ada di Desa Kuala Manihan, Simpang Ulim.

Ersa Siregar bersama sejumlah anggota GAM juga ada di lokasi baku tembak itu. Tetapi naas, Ersa Siregar beserta salah satu anggota GAM tewas tertembak, sementara tawanan lain yaitu Ferry Santoro berhasil selamat.

Diketahui bahwa terdapat dua peluru yang mengenai leher dan dada Ersa Siregar selama terjadinya aksi baku tembak antara TNI dan GAM itu. Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu selaku Kepala Staf TNI Angkatan Darat pada saat itu menyatakan bahwa Ersa Siregar tewas karena terkena peluru TNI


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *