Sisi Gelap Hidup Di BALI

Teman saya punya suami yang baru sekitar 4 bulan dia kenal. Ketika itu dia berhubungan badan lalu hamil dulu baru menikah. Kata suaminya (dulu hanya pacar), begitulah cara pria di Bali mencari wanita untuk dinikahi. Mereka mencari wanita yang bisa hamil. Tapi harus dipastikan dulu kesuburannya sebelum dinikahi.

Awalnya saya kaget dan tidak percaya dengan cerita teman saya, tapi dia tetap bercerita kepada saya dengan semangatnya. Kata dia dulu mantannya sudah pacaran dengannya selama 5 tahun. Waktu itu suaminya sebenarnya mau menikah sama mantannya. Tapi syarat itu tidak bisa dipenuhi.

Sudah berkali-kali suaminya teman saya ini mencoba berhubungan badan dengan mantannya tanpa pengaman dan dikeluarkan di dalam, tapi tetap saja tidak ada hasilnya. Ditunggu sampai sebulan, dua bulan, tiga bulan, tetap saja tidak hamil-hamil juga. Karena mereka sudah menyerah, akhirnya mereka putus dan tidak jadi menikah.

Selang beberapa bulan barulah suami teman saya bertemu dengan teman saya. Teman saya pacaran sama suaminya lalu suaminya memberitahu tentang budaya itu. Teman saya setuju dan tidak disangka, sebulan setelah mereka bersetubuh tanpa pengaman, teman saya berhasil hamil.

Karena sudah hamil itulah maka teman saya baru memberitahu ke orang tuanya. Mereka pun menikah dengan adat Bali dan sampai sekarang tinggal di Bali. Sekarang mereka sudah punya 2 anak.

Saya bilang ini sisi gelap karena saya merasa perempuan terkesan seperti direndahkan. Meskipun teman saya bilang justru perempuan dihargai sekali, makanya harus bisa dibuktikan bahwa perempuan bisa hamil. Tapi saya malah berpikir sebaliknya. Perempuan ‘dicoba-coba’ dulu, kalau tidak bisa lalu dibuang dan ditinggal begitu saja.

Saya tidak tahu, apakah semua orang di Bali seperti ini atau hanya suami teman saya saja yang menganut kepercayaan unik ini, atau memang seperti itu kebudayaan di Bali. Ada yang bisa sharing?


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *