Pony adalah seekor orangutan yang dijadikan budak nafsu di Kalimantan dengan bayaran Rp38 ribu.

Sekarang, beginilah kondisi Pony, orangutan di Kalimantan Tengah yang dijadikan budak nafsu dengan bayaran Rp38 ribu tersebut. Masa kelam Pony terjadi pada dua dekade yang lalu. Pony dijadikan sebagai pekerja pemuas nafsu (PSK) untuk melayani nafsu para lelaki.

Di masa kelam itu, Pony ‘disolek’ seperti manusia dan berpenampilan wanita. Bulu yang ada pada tubuhnya dicukur habis. Ia juga mengenakan pakaian wanita dan didandan. Akibatnya, beberapa bagian tubuh Pony mengalami iritasi karena tidak ada bulu yang melindungi kulitnya. Tak hanya itu, Pony juga dilatih dan diajari untuk berjalan dan merayu para lelaki.

Pony akhirnya berhasil diselamatkan pada tahun 2003. Penyelamatannya itu bahkan mengundang pemberitaan internasional.

Sudah dua puluh tahun sejak Pony diselamatkan dari orang yang mengeksploitasinya. Pony juga kembali menetap di pusat rehabilitasi selama sembilan tahun sejak berusaha dilepasliarkan. Hingga Selasa (14/08/2023) menunjukkan, Pony masih berada di Pusat Rehabilitasi Orangutan Nyaru Menteng, Kalteng.

“Pony menjalani hidup sehat di dalam salah satu kompleks individu kami dalam beberapa tahun belakangan,” ujar perwakilan BOS Foundation dalam keterangan tertulisnya.

Pony adalah seekor orangutan yang dijadikan budak nafsu di Kalimantan dengan bayaran Rp38 ribu.

Saat ini, Pony yang diperkirakan berusia 27 tahun berada dalam kondisi kesehatan yang sangat baik.

“Di kompleksnya saat ini, Pony selalu menunjukkan selera makan yang sehat pada buah-buahan dan alat pengayaan yang diberikan tim kami kepadanya,” tulis pernyataan tersebut. Meski begitu, orangutan Pony tidak mungkin ditempatkan di kompleks rehabilitasi jenis lain, seperti di pulau pra-pelepasliaran. Sebab, ia belum mampu hidup seperti orangutan biasa.

“Kami berharap dia mungkin bisa mendapatkan kesempatan untuk tinggal di pulau suaka suatu hari nanti, dan namanya sudah ada di dalam tapi dia sudah ada di daftar tunggu,” ujar BOS Foundation.

Melansir serambi,new, Jumat (29/09/2023), Pony lahir sekitar 1996 di hutan Kalimantan. Ia kemudian ditangkap oleh manusia dan dijadikan budak nafsu di Desa Karen Pangi, Kalimantan Tengah. Pony baru ditemukan tim Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) pada 2003 dalam keadaan mengenaskan.

Rambut di seluruh tubuh Pony dicukur habis sehingga membuat kulitnya banyak digigit nyamuk. Untuk mengusir rasa gatal, Pony berusaha menggaruk kulitnya, tapi menimbulkan infeksi. Sebelum diselamatkan, Pony dijadikan pekerja prostitusi di sebuah rumah. Ia berbaring di kasur dalam sebuah ruangan gelap dengan tangan terantai ke dinding.

Pelaku yang mempekerjakan Pony memasang tarif Rp38 ribu untuk sekali berhubungan dengan orangutan tersebut. Ia berbaring di kasur dalam sebuah ruangan gelap dengan tangan terantai ke dinding. Pelaku yang mempekerjakan Pony memasang tarif Rp38 ribu untuk sekali berhubungan dengan orangutan tersebut.

Tak hanya itu, Pony juga dipakaikan perhiasan, rias wajah, dan parfum. Dia bahkan diajari melakukan tindakan erotis sesuai permintaan pelanggannya.

Sebagai pekerja pelayan nafsu, Pony seakan mengetahui apa yang ia lakukan. Pony bahkan mengetahui untuk menggerakkan pinggulnya seperti menggoda ke arah seorang pria yang mengunjunginya di kamar. Pony akhirnya berhasil dibawa ke tempat rehabilitasi pada 13 Februari 2003.

Butuh 35 perwira militer bersenjata untuk menyelamatkannya. Meski begitu, orang-orang yang memanfaatkan Pony dalam bisnis prostitusi sempat melakukan penolakan karena menganggapnya sebagai sumber uang.

Tim rehabilitasi pun berusaha mencegah protes dan balas dendam dari penduduk desa tempat tinggal Pony.

Karena itu, orang yang mempekerjakan Pony sempat diizinkan mengunjunginya setiap bulan. Namun, Pony selalu berteriak dan buang air besar setiap melihat mantan tuannya itu. Akhirnya, kunjungan tersebut dihentikan dan keamanan terhadap Pony ditingkatkan.

Setelah diselamatkan, Pony menjalani rehabilitasi di Pusat Rehabilitasi Orangutan Nyaru Menteng, Kalteng bersama Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF). Dikutip dari situs resminya, Pony kemudian ditempatkan di Sekolah Hutan saat berusia 7 tahun. Pony sempat menjalani pra-pelepasliaran di Pulau Bangamat, Palangka Raya, Kalteng pada 2005.

Ini dilakukan untuk mempersiapkannya kembali ke habitat asli. Namun, upaya tersebut gagal karena Pony kesulitan mencari makan sendiri dan bersosialisasi dengan lingkungannya.

Sumber Berita: https://thegazettengr.com


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *