Efek akibat dari pembullyan itu sangat besar ya gansist, dari yang sekedar malu akan dirinya sampai ke tahap melakukan bunuh diri. Dan korbannya pun dari bermacam kalangan, nggak tentu orang yang berpendidikan itu akan kebal terhadap bullying. Beberapa waktu lalu sempat viral seorang guru di SMK Sangkuriang yang bunuh diri di flyover Cimindi yang diduga akibat mengalami bully saat masa kecil dulu.

Sekarang pun kembali terjadi, dengan mungkin yang titelnya lebih tinggi dari kejadian sebelumnya dan oleh aksi bullying terbaru dialami korban. Diketahui seorang mahasiswa di perguruan tinggi di Semarang akhirnya melakukan bunuh diri dengan dugaan sementara akibat dari pembullyan terhadap korban. Jika yang guru SMK di Cimahi kemarin, mungkin akibat trauma atas pengalamannya. Sedangkan kasus mahasiswi di Semarang tersebut menurut polisi, dari hasil olah TKP, mereka mendapatkan buku diary korban yang isinya berupa curhat akan beratnya jadi mahasiswi kedokteran dan sikap keras dari para seniornya.

Seorang mahasiswi Kedokteran Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, dr. Aulia Risma Lestari (30), diduga bunuh diri di kamar kosnya di Lempongsari, Kota Semarang. Polisi menemukan petunjuk bahwa Aulia menyuntikkan obat penenang sebelum meninggal. Diketahui, Aulia sedang menempuh Program Pendidikan Dokter Spesialis di Undip.

Menurut Kompol Agus Hartono, Aulia telah menyampaikan betapa beratnya kondisi pendidikan dan perlakuan senior di lingkungan tersebut. Beberapa orang mengungkapkan bahwa Aulia mungkin bunuh diri karena terus menerima perlakuan perundungan dari senior-seniornya. Banyak yang mengecam tindakan bully yang dilakukan oleh beberapa senior di lingkungan kedokteran Undip.

Beberapa diantaranya yang terungkap adalah, mahasiswi ini melalui curhatannya menuliskan, jika ia harus mendapatkan beban kerja selama 18 jam untuk tiap harinya. Masalah tersebut pun diungkapkan kembali oleh akun X @bambangsuling11, yang mendapatkan laporan dari rekannya yang ikut PPDS di rumah sakit tersebut. Dalam unggahannya ia mengungkapkan kalau jam kerja normal tanpa giliran jaga di RS Kariadi adalah 18 jam/hari, dari jam 6 pagi hingga jam 12 malam.

Peristiwa ini menimbulkan keprihatinan dalam masyarakat terkait tekanan yang mungkin dialami oleh mahasiswa kedokteran dalam menempuh pendidikan. Diperlukan kesadaran bersama untuk menciptakan lingkungan belajar yang sehat dan mendukung bagi para mahasiswa kedokteran.

Kita semua perlu memahami pentingnya menjaga kesehatan mental dan memberikan dukungan satu sama lain dalam menghadapi tekanan dalam lingkungan akademik. Peristiwa ini juga menjadi momentum untuk menyoroti pentingnya penanggulangan bullying di lingkungan pendidikan guna mencegah terulangnya kasus serupa di masa depan.

Semoga peristiwa ini dapat menjadi titik awal perubahan positif dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental di lingkungan pendidikan, serta mendorong upaya pencegahan bullying agar tidak menimbulkan korban yang tidak seharusnya terjadi.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *