Gunung Everest adalah gunung tertinggi di dunia di atas permukaan laut.
Namun, keajaiban alam ini pun mematikan.
Berikut kisah 7 pendaki yang meninggal di Everest & mayatnya masih berceceran di sana…
1. “Sepatu Boot Hijau”
Kematian satu ini adalah salah satu kematian di Gunung Everest yang paling terkenal.
Tahun 1996, pendaki India Tsewang Paljor bergabung dalam satu tim untuk menjadi tim pendaki India pertama yang mendaki ke Puncak Utara Everest.
Sayangnya, mereka tidak bisa menggapai mimpi itu. Pada 10 Mei 1996, badai besar menghantam mereka & akhirnya Tsewang serta 7 anggota tim meninggal di “zona kematian” Everest.
Zona kematian adalah zona mendekati puncak gunung yang minim kadar oksigen untuk manusia.
Tsewang meninggal memakai boots hijau neonnya & mayatnya masih ada di ketinggian 27,887 kaki puncak Everest utara. Dinginnya cuaca membuat tubuhnya membeku sempurna, tanpa pembusukan.
Kini, mayat Tsewang menjadi “checkpoint” untuk pendaki Everest lainnya.
2. Penampakan Peseluncur Salju

Marco Siffredi, peseluncur salju, berambisi ingin berseluncur menuruni Everest. Ia pun ditemani oleh tiga sherpa, suku pribumi sekitar Everest, untuk mendaki ke puncak rute Hornbein Couloir.
Namun, pendakian yang awalnya cerah berubah…
Awan-awan gelap mulai menutupi langit. 13 jam setelah pendakian, saat tiba di puncak, ketiga sherpa menyarankan Marco untuk menunda berseluncur & berteduh dari badai yang akan datang.
Namun, Marco bersikukuh & akhirnya berseluncur sendiri. Ini adalah kali terakhir ia dilihat.
Saat para sherpa keluar dari perkemahan setelah badai selesai, mereka melihat penampakan seseorang di kejauhan.
Namun, saat mereka menghampiri, orang itu tidak ada. Bahkan, jejak kakinya saja tidak ada…
Para sherpa pun menganggap penampakan ini pertanda buruk.
Saat mereka tiba di bawah & mengetahui Marco belum kembali, firasat mereka benar.
Hingga kini, mayat Marco tidak ditemukan. Para ahli menduga ia tersesat di tengah badai mematikan Everest & terkubur salju atau jatuh ke jurang.
3. Akhir dari Pria Bermotto “Jangan Menyerah”

Kuriki Nobukazu adalah personifikasi motto “jangan menyerah”. Ia bercita-cita mendaki ke puncak Everest namun gagal di percobaan pertamanya. Akibat frostbite, 9 jarinya buntung.
Namun, ia tidak menyerah & mendaki lagi pada Mei 2018.
Secara berkala, ia meng-update media sosialnya untuk mengabari para pengikutnya. Bahkan, di momen terakhirnya saat ia menderita demam & batuk parah di ketinggian 5000 kaki sebelum puncak, ia masih mengatakan “takkan ada yang menghentikanku”.
Ia mati setelah itu…
4. Misteri Kematian George Mallory
George Mallory & Andrew Irvine mendaki Everest untuk menuju puncak pada 1924. Sebelumnya, George sudah mencoba mendaki pada 1921 & 1922, namun gagal.
Sebelum mendaki untuk ketiga kalinya, ia bersumpah akan menaruh foto istrinya di puncak.
Namun, setelah mereka berangkat, mereka tidak terdengar atau terlihat lagi hingga 75 tahun kemudian, pada 1999.
Mayat George ditemukan tengkurap. Kematiannya disebabkan karena ia jatuh dari tebing. Namun, kawannya Andrew tidak ditemukan & kamera mereka pun masih hilang.
Apakah George sampai ke puncak masih misterius, begitupun situasi kematiannya–apakah ia jatuh saat mendaki ke atas atau turun gunung?
Namun, di puncak Everest, tidak ditemukan foto istri George…
5. “Putri Tidur Everest”
Pada malam sebelum Francys Arsentiev, seorang wanita Amerika yang menikahi pria Rusia, mendaki Everest, anaknya bermimpi melihat dua pendaki gunung terjebak di tengah badai salju.
Francys tidak mengindahkan mimpi sang anak & tetap pergi.
Francys bukan pendaki, namun suaminya Sergei Arsentiev adalah pendaki Rusia handal. Mereka berangkat menuju puncak Everest pada Mei 1998 tanpa tabung oksigen tambahan.
Sebelum mendaki, pasangan Arsentiev berkenalan dengan Ian Woodall & Cathy O’Dawd yang juga akan mendaki.
Oleh kedua orang inilah Francys nanti ditemukan.
Saat mendaki, Ian & Cathy melihat seseorang berbaring tak bergerak di ketinggian 25,000 kaki. Awalnya mereka pikir orang itu sudah mati, namun tiba-tiba orang itu kejang hebat & mereka pun menyadari itu Francys.
Saat ditemukan, Francys sudah hampir membeku. Kulitnya mengeras, pucat, & mirip patung lilin sehingga Cathy menyamakannya dengan “Putri Tidur”.
Sekarat, Francys terus mengulangi tiga hal: “Jangan tinggalkan aku”, “Mengapa kau begini padaku”, & “Aku orang Amerika”.
Ian & Cathy mau tak mau harus meninggalkan Francys.
Mayat Sergei ditemukan membeku pada 1999, sedangkan Francys baru ditemukan kembali pada 2007.
6. David Sharp
Pada 2006, Boots Hijau tidak lagi sendirian mati di ceruk yang dijadikan tempat istirahat banyak pendaki menuju puncak.
David Sharp mendaki menuju puncak Everest sendirian, sesuatu yang bahkan sudah dilarang banyak pendaki handal.
Ia pun beristirahat di “checkpoint” Boots Hijau. Dalam beberapa jam, ia mati membeku dalam posisi meringkuk seperti Green Boots. Keduanya mati berdekatan.
Tidak seperti Boots Hijau, yang tak langsung ditemukan karena sedikitnya pendaki saat itu, David Sharp langsung ditemukan.
40 pendaki melihat mayat David & 40 pendaki melewatinya begitu saja…
Parahnya, banyak yang sudah melihat David pada saat ia masih hidup & sekarat.
“Demam Puncak” pun menjadi istilah untuk bagaimana apatisnya para pendaki ini. Mereka ingin mencapai puncak bagaimanapun caranya.
Bahkan, saat terlihat seseorang butuh bantuan, para pendaki “demam puncak” akan abai.
Mayat David Sharp masih ada di atas hingga kini namun dipindahkan agar tidak terlihat jelas.
7. Kebahagiaan Sementara Hannelore Schmartz
Tahun 1979, Hannelore menjadi wanita pertama yang mati di Everest.
Tragisnya, ia sebenarnya sudah berhasil mencapai puncak Everest. Namun, malapetaka terjadi saat ia turun gunung…
Ia kelelahan & mengabaikan peringatan sherpa pemandunya untuk tidak berkemah di zona kematian.
Awalnya, ia bertahan melawan badai salju dalam semalam. Namun, ia akhirnya meninggal karena kekurangan oksigen & frostbite.
Padahal, jaraknya tinggal 100 m dari perkemahan utama…
Hingga kini, mayatnya masih ada di Everest dalam posisi duduk, menyender, dengan mata terbuka lebar.
Namun, mayatnya kerap berpindah karena tertiup angin atau tertimbun salju.
Mayat-mayat di atas ada yang masih bertengger di Everest & ada yang bertengger lama sebelum akhirnya bisa susah payah dievakuasi.
Setidaknya, di momen-momen terakhir mereka, mereka dikelilingi pemandangan yang mereka cintai.
Tinggalkan Balasan