Kasus pembunuhan jurnalis Fuad Muhammad Syafruddin, atau yang dikenal sebagai Udin, terkenal di Yogyakarta. Namun, kasus ini tidak begitu dikenal di luar DIY. Izinkan saya menceritakannya kepada Anda.

Udin adalah seorang jurnalis di surat kabar lokal Yogyakarta, Harian Umum Bernas. Ia menulis beberapa berita yang mengungkap dugaan korupsi serta upaya Bupati Kabupaten Bantul saat itu, Sri Roso Sudarmo, untuk kembali menjabat sebagai bupati. Salah satu strateginya adalah mendekati anggota keluarga mantan Presiden Suharto yang tinggal di Yogyakarta. Selain itu, untuk memperlancar proses tersebut, Sri Roso sudah menyiapkan uang mahar sebesar Rp1 miliar pada masa itu.

Namun, berita ini tidak disukai oleh pihak-pihak yang disebutkan oleh Udin. Akhirnya, pada 13 Agustus 1996, satu atau dua orang datang ke rumah Udin di Bantul. Beberapa saat kemudian, Udin ditemukan tergeletak di depan pintu rumahnya. Pada 16 Agustus 1996, Udin menghembuskan napas terakhirnya di rumah sakit akibat cedera di bagian kepala.

Anehnya, polisi justru menetapkan seorang pekerja perusahaan reklame bernama Dwi Sumaji alias Iwik sebagai tersangka. Namun, dalam persidangan, Iwik dibebaskan karena tidak ada bukti yang mengaitkan dirinya dengan kasus tersebut. Selain itu, polisi malah melakukan tindakan-tindakan yang melemahkan penyelidikan, seperti membuang jejak darah Udin ke laut dan menghilangkan buku catatan jurnalistik milik Udin.

Kisah terbunuhnya Udin dan misteri siapa yang bertanggung jawab atas kematiannya menjadi salah satu jejak kelam dalam sejarah Republik Indonesia, terutama di dunia jurnalisme. Bagaimana tidak? Seorang jurnalis yang memperjuangkan keadilan bagi masyarakat Bantul harus tewas dengan begitu tragis, sementara keadilan bagi dirinya hingga kini masih suram. Meski begitu, Udin dianugerahi penghargaan Suardi Tasrif Award oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) atas perjuangannya untuk kebebasan pers pada 22 Juni 1997. Sejak saat itu, setiap tahunnya AJI menganugerahkan Udin Award kepada jurnalis yang menjadi korban kekerasan karena komitmen dan konsistensi mereka dalam menegakkan kebebasan pers demi kebenaran dan keadilan.

Berikut adalah beberapa tulisan Udin sebelum dirinya dianiaya:

  • 3 Kolonel Ikut Ramaikan Bursa Calon Bupati Bantul
  • Soal Pencalonan Bupati Bantul: banyak “Invisible Hand” pengaruhi Pencalonan
  • Di Desa Karangtengah, Imogiri, Bantul, Dana IDT Hanya Diberikan Separo
  • Isak Tangis Warnai Pengosongan Parangritis

Bebaskanlah kebebasan berpendapat di Indonesia. Bebaskanlah.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *