Itu karena para korban hanya diberitahu bahwa mereka hanya akan pura-pura shooting untuk propaganda. Korban juga sudah sering diajak latihan berulang kali, tidak dibunuh. Jumlah latihan ini bervariasi, bisa puluhan kali dalam satu minggu atau ratusan kali sebelum korban akhirnya benar-benar bisa terlihat tenang di depan kamera.
Tentu rekaman yang diambil dan disebarluaskan hanya yang menampilkan ekspresi tenang, rekaman lain yang masih banyak perlawanan, memberontak, dan lain-lain selalu dibuang. Di sisi lain, ketika korban sudah dipaksa berlutut depan mulut senjata ratusan kali dalam beberapa hari → korban bisa saja kurang aware dengan apa yang akan terjadi selanjutnya, mengira bahwa itu hanya rutinitas biasa untuk membuat rekaman.
Terlepas itu, beberapa korban mungkin saja diberi obat penenang. Jangan salah kira, ISIS sendiri sudah sejak lama kedapatan terlibat dengan narkotika entah itu untuk dijadikan bisnis atau untuk digunakan pada pejuang mereka. Maksudnya, kalau narkotika besar saja sudah pernah disentuh → main obat penenang bagi korban itu sebetulnya perkara enteng. Tidak menutup kemungkinan obat-obatan semacam itu juga digunakan pada korban demi keperluan kamera.
Tinggalkan Balasan