Klik disini untuk ajukan pinjaman anda: https://mundo-mania.com

Bagi masyarakat Aztec kuno, pengorbanan manusia bukan sekadar upacara, tapi juga sebuah kewajiban suci yang dipercaya dapat menjaga keseimbangan alam semesta. Salah satu pengorbanan paling sakral adalah persembahan anak-anak kepada dewa-dewa, khususnya Tlaloc, dewa hujan, demi memohon kesuburan dan hujan. Proses pemilihan anak untuk ritual ini pun sangat selektif dan memiliki makna mendalam. Bagaimana sebenarnya cara mereka memilih anak-anak ini?

  1. Anak yang dikorbankan haruslah sempurna.

Pemilihan anak-anak yang akan dikorbankan tidak dilakukan sembarangan. Mereka yang terpilih harus memiliki fisik yang sempurna. Kulit mulus, wajah tanpa cela, dan tubuh yang sehat adalah kriteria utama. Anak-anak ini diyakini sebagai representasi kemurnian dan kecantikan yang sesuai untuk dipersembahkan kepada dewa-dewa.

2. Anak keturunan bangsawan.

Walaupun pengorbanan anak tidak selalu datang dari kalangan bangsawan, namun anak-anak dari keluarga terpandang sering kali dipilih. Hal ini tidak hanya untuk mempersembahkan yang terbaik kepada dewa, tapi juga memperkuat ikatan sosial dan politik. Keluarga yang anaknya terpilih sering kali dianggap mendapat kehormatan besar dalam masyarakat.

3. Anak yang mempunyai tanda khusus.

Beberapa anak dipilih berdasarkan tanda-tanda khusus yang dianggap sebagai pertanda ilahi. Misalnya, jika seorang anak lahir pada tanggal yang dianggap sakral, atau memiliki tanda lahir yang unik, itu bisa menjadi pertanda bahwa dewa telah memilih mereka untuk suatu tujuan besar. Anak-anak ini dianggap sebagai sosok spesial yang dikirim untuk memenuhi kehendak ilahi.

4. Ritual Air Mata, Persembahan untuk Dewa Tlaloc.

Dalam pengorbanan untuk Tlaloc, anak-anak sering kali diminta untuk menangis sebelum mereka dikorbankan. Tangisan ini dianggap sebagai pertanda hujan yang akan datang. Oleh karena itu, anak-anak yang mudah menangis atau menunjukkan emosi kuat sering kali lebih diprioritaskan. Air mata mereka adalah simbol langsung dari hujan yang sangat dinanti.

Meski terdengar mengerikan, tetapi pada masa itu, pengorbanan adalah suatu kehormatan besar. Anak-anak yang dipilih tidak dipandang sebagai korban, melainkan sebagai pahlawan yang akan membawa keberkahan bagi masyarakat. Orang tua dan keluarga anak yang terpilih biasanya menerima keputusan ini dengan perasaan bangga dan penuh pengabdian kepada dewa-dewa.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *