Anies, Riwayatmu Kini

Pada 20 Maret yang lalu, hasil pemilu ditetapkan. Jawabannya resmi, Prabowo presiden. Anies tersisih menjadi runner-up.

Tak berputus asa, Anies mencoba kembali. Kali ini di lingkungan yang—yah—familiar, setidaknya selama 5 tahun. Kembali menjadi Gubernur Jakarta.

Sebenarnya Anies ini potensial.

Dia terkenal, lebih lagi di Jakarta. Bisa dikatakan elektabilitasnya tertinggi, walau di pilpres kemarin Prabowo yang terbanyak di provinsi ini. Di tambah lagi dengan fenomena MA MK kemarin yang hingga menjadi sebuah demonstrasi besar-besaran. Sebagai oposisi, Anies menang banyak.

Gayung tidak bersambut, asa itu kini sirna. Pasalnya, tidak ada partai yang mendaulatnya menjadi calon gubernur. Tidak satupun.

PDI-P, satu-satunya partai yang menjadi oposisi, bisa saja mengusung Anies. Tetapi harus juga diketahui, PDI-P adalah salah satu partai yang sangat mengutamakan kaderisasi.

Kabar terbarunya bilang Anies pernah menawarkan diri menjadi kader PDIP, tapi ditolak.

Pun PKB, yang pernah menjadi so called sohib Anies di pilpres kemarin. Justru kini berlabuh ke KIM plus plus. Alih-alih mendukungnya, justru membuangnya. Yah, namanya politik.

Sebenarnya bisa saja dia maju sebagai kandidat independen, tapi waktu habis. Dharma-Kun melaju sebagai kandidat independen.

“Nggaklah, Anies kan digadang-gadang akan membuat partai…”

Ada juga yang sama. Amien Rais, si penumbang Orba. Namanya besar, tak sedikit yang menganggapnya sebagai pahlawan reformasi. Dia juga punya partai. Sangat idealis, kanan jauh. Tapi, apa kabar elektoralnya di DPR tahun ini?

Seperti Gesang, si penyanyi tembang Jawa yang terheran-heran akan keelokan Bengawan Solo, saya juga sama. Bedanya, saya heran akan jalan politiknya hari ini.

Terlepas dari riwayat politiknya, terlepas dari kontroversinya, Anies memang memiliki idealisme. Semoga saja dia dapat mewujudkannya.

Politik Anies, riwayatmu kini.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *